Sabtu, 02 Oktober 2010

KURANGNYA PERHATIAN PEMERINRAH DAERAH TERHADAP WISATA DI TAPANULI SELATAN KHUSUSNYA WISATA DI BATANGTORU

Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) secara umum dikenal sebagai
wilayah pertanian. Beriklim tropis dan Gunung Sibual-buali sebagai
penanda khas lainnya. Pun demikian, daerah penghasil buah salak ini
ternyata juga kaya potensi pariwisata. Bukan hanya dilirik lewat
potret alamnya, tapi juga lukisan peninggalan sejarah yang
menceritakan sejarah kebudayaannya.
Sektor pariwisata Tapsel sebenarnya cukup petensial. Hanya saja
potensi ini masih membutuhkan perhatian khusus. Pasalnya, hampir
seluruh potensi ini belum mampu memberi kontribusi signfikan terhadap
sektor perekonomian untuk menggenjot pendapatan asli daerah. Padahal
jika dilihat dari jumlah potensi wisata yang ada, bukan tidak mungkin
sektor ini akan menjadi sektor andalan selain sektor pertanian.
Lantas, apa pasal sehingga potensi pariwisata Tapsel hingga kini
sepertinya masih berjalan di tempat?
Lagi-lagi persoalannya adalah anggaran pemerintah yang minim.
Ternyata persoalan ini bukan hanya menimpa daerah-daerah wisata
lainnya seperti Danau Toba dan beberapa objek wisata lain yang ada di
Kabupaten Samosir. Nyatanya hal ini juga menjadi kendala utama di
Kabupeten Tapsel yang dua unit wilayahnya kini terpisah dan menjadi
wilayah otonom (Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Mandailing Natal),
sejak fajar otonomi mulai merekah sejak tahun 1999 seiring dengan
terbitnya Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999 oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri.
Tapsel, meskipun demikian jika berbicara mengenai potensi di sektor
pariwisata, dibanding kedua wilayah yang kini terpisah itu, masih
lebih unggul dan lebih potensial. Tapsel memiliki keunikan dan
potensi nilai jual lebih didukung dengan banyaknya objek wisata yang
tersebar di hampir setiap kecamatan. Sebagai contoh, adanya
peninggalan sejarah purbakala berupa candi di Kecamatan Portibi,
adanya tiga buah danau, pemandian-pemandian alami, dan wisata alam,
wisata budaya seperti kerukunan antar umat beragama di Kecamata
Sipirok, dan akhirnya buah salak yang rasanya manis yang dapat
dijadikan sebagai salah satu pendukung bisnis pariwisata, meskipun
hampir di kedua wilayah lainnya buah ini juga tersedia.
Sedapatnya, ada 11 lokasi wisata tersebar di kabupaten dengan 28
kecamatan ini. Sedikitnya terdapat tiga danau: Danau Tao berada di
Desa Batang Onang Baru Kecamatan Batang Onang; Danau Siais berada di
Desa Rianiate Kecamatan Padangsidimpuan Barat serta Danau Marsabut
berada di Desa Bunga Bondar Kecamatan Sipirok.
Selain itu terdapat objek wisata pemandian alam seperti Pemandian
Parsariran, Desa Hapesong Kecamatan Batang Toru; Pemandian Aek
Sijorni di Desa Aek Libung Kecamatan Sayur Matinggi; Air Terjun
Simarpinggan di Desa Napa Kecamatan Siais; Air Terjun (Sampuran)
Damparan di Desa Damparan Kecamatan Saipar Dolok Hole dan Air Terjun
Napitu berada pada Desa Berastagi berada Di Kecamatan Saipar Dolok
Hole.
Namun yang paling disayangkan adalah keberadaan peninggalan sejarah
berupa candi purbakala yang kian waktu kian terpuruk kelestariannya.
Padahal, berdasarkan fakta sejarah yang telah ada, candi-candi ini
merupakan catatan sejarah kebudayaan yang pernah singgah di sini.
Konon, candi ini dibangun oleh orang-orang kebudayaan Hindia Belakang
yang hidup berabad-abad yang lalu. Berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan, candi-candi atau situs ini menunjukkan sejarah kebudayaan
agama Hindu yang pernah berkembang lama. Semisal, Candi Bahal I, II,
III di Desa Bahal Kecamatan Portibi dan Candi Sipamutung di Desa
Siparau Kecamatan Barumun Tengah yang sebagian puing-puingnya
hilang "ditelan" orang-orang jahil dan tidak bertanggungjawab.
Objek wisata lainnya adalah lokasi arung jeram Sungai Batang Toru
Kecamatan Batang Toru yang merupakan arena potensial untuk even
tingkat nasional. Dan Pantai Muara Opu berada di Desa Rianiate
Kecamatan Padangsidimpuan Barat, yang cukup potensial wisata dan
kampung nelayan dan objek wisata Tor Simago-mago berada pada Desa
Huta Baru Kecamatan Sipirok yang merupakan pengembangan wisata alam.
Hal yang memperkaya potensi ini juga disertai dengan adanya
peninggalan situs-situs perjuangan kemerdekaan seperti Monumen
Benteng Huraba di Desa Huraba Kecamatan Batang Angkola yang merupakan
peninggalan pada masa kemerdekaan RI. Monumem perang Gurilla yang
dapat dijadikan sebagai objek penelitian maupun bahan pelajaran bagi
siswa.
Minim Promosi
Minimnya dana pengaruhi geliat dunia pariwisata Tanah Air, sudah
menjadi persoalan klasik. Persoalan ini sekaligus menjadi persolan di
sektor pembangunan lainnya. Namun benarkah kiat promosi pemerintah
setempat dapat menjadi pemicu berkembangnya sektor ini?
Kadis Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan Drs H A Ibrahim Harahap
mengatakan, sejauh ini objek wisata Tapsel banyak yang samasekali
tidak diketahui publik sebagai akibat kurangnya publikasi. Namun yang
menjadi persoalan mendasar pun dikarenakan kurangya perhatian
pemerintah terhadap sektor ini.
"Tapsel sebenarnya memiliki banyak objek wisata yang potensial untuk
dikembangkan. Memang selama ini, objek-objek wisata ini masih
dikelola oleh pihak swasta. Padahal, jika ini didukung dengan
perhatian yang serius pemerintah dengan kebijakan kepala daerah,
sektor ini bukan tidak mungkin akan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan perekonomian daerah," ujarnya kepada Tonggo Press (TP)
baru-baru ini.
Menurutnya, selama ini kebijakan-kebijakan pembangunan Kabupeten
Tapsel tidak pernah difokuskan dengan serius di sektor pariwisata.
Hal ini dibuktikan dengan minimnya anggaran yang dikucurkan dari APBD
setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan anggaran yang dikucurkan
terhadap sektor lain, anggara untuk untuk sektor pariwisata sangatlah
tidak mendukung. Akibatnya, sektor ini seperti berjalan di tempat,
tanpa memberikan kontribusi penting terhadap pendapatan asli daerah
(PAD).
Hal ini tidak ditepis Drs Chandra Nasution, selaku Kasubdis
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapsel. Dijelaskannya, potensi
pariwisata cukup besar dan sangat bernilai. Mengapa demikian? Kata
Nasution, potensi wisata Tapsel selain memiliki nilai panorama
keindahan alam juga diperkaya oleh nilai-nilai historis seperti situs-
situs candi purbakala yang menyerupai candi-candi yang ada di
Jawa. "Sayang baru saat ini pemerintah kabupaten mulai melirik sektor
ini," katanya. Akibat minimnya perhatian pemerintah pada masa-masa
sebelumnya, beberapa potesni wisata itu seperti diam di tempat,
bahkan keberadaan candi-candi purbakala yang ada di Kecamatan Portibi
kian waktu menjadi rusak kelestariannya akibat minimnya perawatan
sebagai dampak dari minimnya anggaran.
Namun selain itu, Nasution juga menyesalkan rendahnya SDM aparat yang
bekerja di dinasnya, ditambah dengan rendahya keseriusan staffnya
dalam bekerja. "Untuk hal ini, sangat dibutuhkan orang-orang yang
kreatif dan rajin. Walaupun seandainya anggaran pemerintah untuk
sektor pariwisata besar, saya yakin jika SDM-nya lemah, toh hal yang
sama juga akan terjadi: mandek..!," katannya tegas.
"Mengapa demikian? Ya, itu juga yang menjadi persoalan mengapa negara
kita ini juga tetap seperti ini, tidak maju. Persolannya, penerapan
pola `right man on the rihgt place' yang belum tercapai. Dan jika
kita optimis untuk maju dalam segala bidang, maka kita pun harus
optims untuk menerapkan prinsip ini, kenapa tidak?," ujarnya
bersemangat. "Seharusnya orang-orang yang bekarja di sini adalah
orang-orang yang mengerti seni, mengerti budaya dan memahami arti
pariwisata dari sudut pandang yang luas. Kenyataanya, staff yang
bekerja di sini tidak sepenuh hati bekerja karena pada dasarnya
mereka tidak menyukai pekerjaannya dan tidak memahami apa yang sedang
mereka kerjakan," tambahnya.
Selanjutnya dijelaskan Harahap, untuk masa yang akan datang ia
optimis perkembangan sektor pariwisata Tapsel akan bekembang seiring
dengan adanya kebijakan dan perhatian serius oleh pemeritah pada
akhir-akhir ini. "Kita berharap dengan mulai adanya perhatian yang
cukup seius dari Bupati Ongku P Hasibuan yang mulai melirik
keberadaan potensi pariwisata Tapsel yang ternyata menjanjikan,
geliat dunia pariwisata tidak lagi seperti berjalan di tempat dan
dapat dijadikan sebagai lokasi alternatif utama di Sumatera Utara
bagi para wisatawan luar daerah maupun mancanegara," ujarnya.
Dikatakannya, Danau Sias merupakan salah satu objek wisata yang saat
ini sedang diprioritaskan sebagai daerah perkemahan yang eksotis.
Sejauh ini kendala yang dihadapi para pelancong sendiri menuju danau
yang terdapat di Desa Rianiate ini adalah akses tempuh yang tidak
mendukung. Untuk itu, kata Harahap, sejak awal Februari 2006
pembenahan infrastruktur berupa akses jalan telah dimulai
dilaksanakan yang kemudian akan disusul dengan pembenahan penunjang
lainnya seperti shelter-shelter penginapan, sarana hiburan pendukung,
dan tempat ibadah. "Kami telah memprioritaskan kelak Danau Siais akan
menjadi lokasi Jambore Pramuka sebab kondisi alamnya yang
memungkinkan," tambahya.
"Akses jalan menuju Danau Siais memang menjadi kendala. Jarakya
sekitar 60 kilometer dari Kota Padangsidimpuan. Bayangkan, dengan
kenderaan dengan gardan dua saja masih kewalahan untuk sampai ke
sana. Nah, saat ini kita memprioritaskan akses jalan dulu,
selanjutnya kita akan membenahi fasilitas lainnya sekaligus realisasi
agar Danau Sias dapat dialokasikan sebagai bumi perkemahan Pramuka
kedua setelah Sibolangit, meskipun saat ini draffnya telah didesain,"
katanya. Dijelaskannya, proyek pembangunan akan selesai pada
September 2006.
Memang, sebelumnya akses jalan menuju Danau Sias pernah dengan mudah
ditempuh sebab pada saat itu kondisi jalan masih cukup baik walaupun
ukuranya sempit. Namun beberapa lama kemudian, kondisi jalan yang
dulunya dapat dilalui kendaraan dengan mulus, lambat laun rusak parah
akibat seringnya dilalui truk-truk pengangkut kayu bertonase berat
berlebihan dan tidak seimbang dengan kondisi jalan.
Kondisi objek wisata lainnya, seperti keberadaan objek wisata
pemandian Aek Sijorni (Air yang Jernih) misalnya, masih tetap belum
berdampak besar. Fasilitas yang ada pun masih ala kadarnya. Padahal,
lokasi ini cukup potensial didukung kondisi alamya yang masih asli.
Hal serupa juga terjadi dengan objek wisata lain, seperti Peandian
Air Terjun Simarpinggan di Desa Napa Kecamatan Siais dan beberapa
objek wisata lainnya.
"Meskipun demikian, hampir seluruh objek wisata Tapsel masih belum
dapat dibenahi dengan maksimal, namun setidakya pemerintah telah
memulai dari sekarang. Dan kita yakin, ke depan sektor ini akan
menjadi sektor pendukung signifikan untuk menggenjot pendapatan
daerah," demikian Harahap menjelaskan, setidaknya pembangunan dan
pembenahan sektor pariwisata Tapsel telah dimulai, meski selama ini
disinyalir terlambat.
Siamang yang Membangunkan Tidur
Jika ada yang bertanya: "Di manakah kini dapat terdengar suara
lantang siamang yang bisa membangunkan tidur di pagi hari, kicau
burung-burung di antara ranting dan dedaunan, desis udara segar yang
menjadi penyejuk tubuh. Tentu saja, di pagi yang indah dengan
secangkir teh panas. Mungkin?", sewajaranya kita akan kerepotan
mencari di mana lokasi itu. Mungkin juga perasaan skeptis seketika
muncul," apakah masih ada tempat seperti itu, ya …?".
Wajar saja jika pertanyaan itu sedikit membuat kita kerepotan mencari
di mana lokasi itu berada. Realitas mengatakan, ketika arus
modernisasi dan era industrialisasi serta hiruk pikuk polusi udara
kini hampir merajalela di setiap sudut kehidupan urban, suasana
seperti itu sudah menjadi sesuatu yang langka dan bernilai ekslusif.
Jangan bingung, sebab lokasi yang sanggup mewujudkan impian itu
ternyata masih ada di sekitar Anda. Di Kecamatan Sipirok Kabupaten
Tapanuli Selatan (Tapsel) mimpi itu akan menjadi kenyataan. Wilayah
beriklim tropis ini dikenal dengan tofografi berbukit-bukit. Hembusan
udara dari antara hutan pinus dan alam terbuka dapat dirasakan
sepanjang waktu.
Kecamatan Sipirok merupakan wilayah jalan lintas trans Sumatera yang
wajib dilalui jika melakukan perjalanan Inilah yang menjadi
keunikannya. Dengan keberadaan Hotel Tour Sibohi Intenasional yang
berdiri di atas lahan dengan tofografi berbukit serta dikelilingi
pepohonan pinus yang menyebarkan aroma alami menyejukkan, pengalaman
langka ini dapat dinikmati. "Inilah yang menjadi daya tarik daerah
Sipirok selain dikenal dengan kerukunan antar umat beragamanya," kata
salah seorang sumber.
Diperkirakan di hutan belantara kawasan antara Gunung Sibual-buali –
Sipirok – Batang Toru – Pahae – terdapat sekitar 300 ekor siamang.
Pada waktu-waktu tertentu di pagi hari para siamang akan mengeluarkan
suara khasnya. Selain itu, juga terdapat 99 jenis tanaman anggrek di
simpag Desa Hutaraja Kecamatan Sipirok yang letaknya sangat dekat
lokasi hotel.
Hotel Tour Sibohi sendiri berjarak sangat dekat dengan lokasi kawasan
hutan pinus di mana para siamang menunjukkan dirinya bergelantungan
di antara pepohonan. Jaraknya sekitar 2 kilometer dari pusat Kota
Sipirok. Di sini Anda akan menghabiskan malam peristirahatan jika
ingin ingin melanjutkan perjalanan darat dari Medan menuju Kota
Padangsidimpuan, Bukit Tinggi atau sebaliknya. Suara siamang, kicau
burung, dan desis udara yang saling bersentuhan di antara dedaunan
sudah akan membangunkan tidur Anda di pagi hari. Ini menjadi semacam
daya tarik bagi pecinta alam. Bagi mereka yang telah disibukkan oleh
rutinitas kehidupan industrialisasi dan pola hidup modern dengan
teknologi yang serba tentu tidak alami, hal semacam ini menjadi "hal
aneh" sekaligus bernilai eksklusif dan menjual.
Di Kecamatan Siprok terdapat beberapa objek wisata yang juga didukung
dengan panganan khas kerupuk "sambal teruma" berharga ekonomis berasa
renyah. Objek wisata itu antara lain, pemandian Aek Milas (Air panas)
di Desa Huta Baru, pemandian air panas alami ini bersumber dari
pegunungan, Danau Marsabut di Desa Bunga Bandar Monumen Perang
Gurilla dan Tor Simago-mago (Puncak Bukit) dan Gunung Merapi Sibual-
buali serta Bagas Godang (rumah adat) Desa Bunga Bondar dan terdapat
di Desa Menuju Wisata, yang memiliki desain bangunan khas.
Selain itu, Sipirok juga terkenal rukun dalam menjalankan ajaran
agamanya masing-masing. "Ini sudah berlangsung lama dan bahkan
sebelumnya pernah menjadi kajian di bidang sosial oleh seorang
peneliti dari Amerika. Adat-istiadat telah menyatukan mereka," kata
Kadis Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan Drs H A Ibrahim Harahap.
Kongkritnya, kerukunan dapat dilihat dari pola hidup sehari-hari.
Semisal, dalam perayaan hari besar agama masing-masing, mereka duduk
bersama dan makan bersama. Tentu saja dengan saling menghormati
ajaran agama masing-masing. Tak heran jika rumah ibadat pun berdiri
ibarat sahabat yang duduk sejajar tanpa perselisihan. Demikian juga
dengan masyarakatnya yang telah menjadi satu. Ikatan marga yang kuat
seakan-akan tali pengikat yang tak bisa terputus. Semoga menjadi
teladan.
Danau Siais Tawarkan Bumi Kemah Eksotis
Danau Siais merupakan salah satu objek alam Tapsel yang cukup
potensial untuk dijadikan sebagai objek wisata. Terletak di Desa
Rianiate Kecamatan Padangsidimpuan Barat atau sekitar 60 kilometer
dari pusat Kota Padangsidimpuan.
Danau Siais identik dengan panorama alamnya yang masih "perawan" dan
memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Hanya saja, selama ini
potensinya belum mampu memberikan nilai besar baik bagi kehidupan
perekonomian akibat pengeloaan yang belum maksimal.
Secara geografis lokasi Danau Siais berdekatan Sungai Batangtoru.
Bahkan, keduanya dihubungkan dengan aliran anak sungai yang mengalir
menuju danau. Dengan demikian, dengan sendirinya ikan-ikan yang hidup
di Sungai Batang Toru bebas keluar masuk menuju Danau Siais. Dan tak
mengherankan jika di Danau Siais banyak terdapat ikan jurung (dalam
bahasa Tapsel: mera). Keunikan lain Danau Siais, selain panorama
alamnya, adalah terdapatnya sejenis ikan menyerupai ikan teri yang
hidup sepanjang tahun.
Konon, di tepi danau ini, tepatnya di sekitar Desa Riaiate hidup
beberapa kawanan ikan jurung yang menurut masyarakat setempat, tidak
diperbolehkan untuk ditangkap. "Masyarakat menganggap, ikan-ikan
berukuran besar ini "hidup" layaknya manusia yang hidup bersama
dengan mereka," jelas Kadis Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan
Drs H A Ibrahim Harahap.
Danau Sias merupakan salah satu objek alam Tapsel yang saat menjadi
prioritas sebagai daerah perkemahan yang eksotis. Sesuai rencana,
Lokasi sekitar Danau Siais akan dijadikan sebagai lokasi Jambore
Pramuka sebab kondisi alamnya yang memungkinkan. Di lokasi perkemahan
ini juga akan dibangun sarana pelaksanaan upacara bendera, penginapan
serta penginapan.
Meskipun sejauh ini kendala yang dihadapi Danau Siais adalah akses
tempuh yang tidak mendukung. Namun sejauh ini pemerintah optimis
lokasi wisata Danau Siais akan menunjukkan gaungnya sebagai lokasi
wisata alternatif kedua di Sumatera Utara setelah Danau Toba.
=========================================================================
E-Mail : ycc-batangtoru@ycc-batangtoru.co.cc
Group Facebook : BATANGTORU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar